Selasa, 09 Februari 2010

Awal Rasa Syukur

Ketika lahir ke dunia fana ini .....Indera manusia yang pertama kali berfungsi normal adalah "telinga"

Maka disunahkan untuk membacakan Adzan dan Iqomah... bagi bayi yang baru dilahirkan

Seiring dengan tumbuh kembangnya sang bayi.... maka kemampuan melihat oleh mata kemudian berfungsi seperti layaknya manusia normal.... Hari berganti hari... minggu berganti minggu... dan bulan berganti bulan.... maka sangatlah jarang dan bahkan tidak ada bayi yang ujug-ujug "briliant nalarnya".

Maka begitu berarti-kah hakikat suatu nalar? ...dalam mengapai rasa syukur dalam diri seorang manusia?... tentu saja tidak.... sebab segala sesuatu tentang pengetahuan untuk bersyukur yang diterima oleh seorang manusia bukanlah diawali oleh daya nalar..... tetapi semuanya diawali oleh indra pendengaran, penglihatan dan hati (fuad) untuk mengenal dan melaksanakan perasaan bersyukur.

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS An-Nahl [16]:78).

Lalu bagaimanakah manusia yang brilian nalarnya "tiba-tiba" menjadi insan yang tidak dapat bersyukur?...... jawabnya adalah ketika manusia tersebut mulai menggunakan "untaian tulisan" untuk memperoleh pengetahuan bagi nalarnya.... Mengapa demikian?....

Demi suatu kemampuan nalar yang briliant maka seorang anak manusia harus diajari kemampuan tulis-baca sejak dini....

Dan setelah nalarnya briliant karena didukung kemampuan baca-tulis... apakah dengan serta merta dia akan dapat dengan mudah bersyukur?..... jawabnya pasti tidak..... dan kemampuan "nalar nan briliant" ternyata bukanlah sarana untuk mencapai suatu perbuatan syukur.... bahkan pada dasarnya kemampuan nalar seorang manusia cenderung mendorong seseorang untuk kufur (menutupi) karena mampu menutupi fenomena "nikmat Alloh" di hadapannya ...gara-gara diungkapkan dan direkamnya "hamparan nikmat Alloh" dalam ujud untaian tulisan semata. Atau dengan kata lain atas kebrilianan nalar hasil baca-tulis maka cenderung mendorong seseorang untuk membutakan mata hatinya (fuad) karena "terlatih" untuk menjelmakan Kenikmatan kedalam bentuk untaian tulisan saja yang "pasti" berbeda dengan fenomena "kenikmatan" secara utuhnya . Maka simaklah fenomena nyata mengenai seorang "buta" berikut ini tetapi tidak buta "fuad"nya

Ada seorang insinyur jenius bernama Ning King Hian yang di masa tuanya ditakdirkan menderita kebutaan.... beliau dengan kebutaannya ternyata masih tetap dapat mengajari anak-anak normal dalam les privat ilmu-ilmu sains dan matematis... Dan kemampuan mengajarnya tersebut tidaklah kalah pamor dengan pengajar yang normal penglihatannya..... Dan dalam kebutaannya pula beliau masih "tetap" dapat menulis di papan tulis untuk mengajari sains dan matematika kepada siswa yang les privat kepadanya..... terkenallah beliau kemudian sebagai seorang guru les privat "tuna netra" satu-satunya di jagat raya ini..... apakah semua syukur nikmat tersebut berawal dari nalar yang dituntun oleh untaian-untaian tulisan?..... tentu dengan menyimak ungkapan-ungkapan "fuad" yang beliau ungkapkan... maka inti dari semua kehebatannya tersebut adalah berawal dari rasa bersyukur atas kebutaan yang ditimpakan kepadanya... yang dengan tegas "rasa syukurnya" tersebut dilahirkan dari fuadnya sebagai salah satu indra untuk bersyukur yang dianugrahkan Alloh SWT kepada seluruh manusia... dan tentu bukan dari nalarnya... karena kemampuan nalar memerlukan "untaian tulisan" sebagai sarana meraih pengetahuan untuk bersyukur.... sementara setelah beliau "buta" maka tak mungkin lagi dapat menerima pengetahuan bersyukur tersebut dari media tulisan.

Maka bandingkanlah dengan sebagian besar manusia "normal penglihatannya" nan jenius.... Insinyur...doktor.. teknorat ...dan profesor.....yang dengan modal nalar nan briliannya tersebut dapat terciptalah berbagai teknologi canggih yang tak pernah dibayangkan sebelumnya..... dan dengan kehebatan teknologi ciptaannya... apakah tiba-tiba memudahkannya "bersyukur" atas anugrah ke-brilianannya?..... Faktanya ternyata dengan teknologi yang diciptakan para jenius dan brilian tersebut maka dunia fana ini lambat laun mendekati kehancuran.... dan inilah salah satu bukti dari "rasa tidak bersyukur" atau kufur nikmat dari kebanyakan manusia yang brilian nalarnya walau dianugrahi hamparan bumi Alloh yang penuh nikmat.... tetapi tak mampu "bersyukur" dengan nalarnya tersebut dalam menjaga bumi Alloh agar tetap lestari dan tetap dapat dinikmati anak cucu kita kelak....malah sebaliknya....dengan teknologi ciptaannya maka dunia perlahan tapi pasti mendekati kehancurannya..... Naudzubillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Indonesia
Jika engkau ingin mencela orang lain,lihatlah dirimu terlebih dahulu. Baik mana antara dirimu sendiri dan orang yang kamu cela.